Promoting Urban Farming: An Effort to Green the City Through Urban Agricultural Cultivation
Promoting Urban Farming: An Effort to Green the City Through Urban Agricultural Cultivation
Amidst the rapid growth and development of urban areas, the agricultural sector is being neglected. Furthermore, the shrinking and conversion of agricultural land to residential areas is also a warning sign of danger to both nature and humans. The agricultural sector, a key driver of food security, is being eroded by land conversion and conversion to non-agricultural uses. This will negatively impact nature and the environment in the future if no solutions are found. In addition to causing environmental problems, land conversion will also impact human food security and reserves in the future. This could occur if the agricultural sector becomes marginalized due to these problems (Armansyah et al., 2024).
These issues have made agricultural activists anxious and searching for solutions. Some agricultural activists have proposed promoting urban farming, or farming within cities, as an effective solution to address the problem of agricultural land conversion (Islami et al., 2025). This urban farming concept changes the widespread public perception that agriculture can only be practiced on vast rural areas using conventional methods. Urban farming utilizes limited urban spaces, such as rooftops, balconies, walls, and even narrow vacant lots, to transform them into productive areas that produce food.
Urban farming is not just a lifestyle trend, but a movement that has had a significant impact on various aspects of urban life. This method generally refers to farming using limited land and using modern, trending technologies. Urban farming can also provide solutions to current problems, from increasing local food security and improving environmental quality to empowering communities. Urban farming offers multifaceted solutions to modern urban challenges (Hamzens et al., 2025).
One of the main advantages of urban farming is its flexibility. Various techniques have been developed to enable plant cultivation in environments with limited resources. Some of the most popular techniques include:
Hydroponics: This method eliminates the use of soil. Plants are grown in a nutrient-rich water solution. This technique is highly water-efficient and can be implemented vertically to save space.
Aquaponics: A symbiotic system that combines aquaculture (fish farming) with hydroponics. Nutrient-rich water from fish ponds flows to the plants, and the plants act as natural filters, cleaning the water for the fish.
Verticulture (Vertical Farming): By arranging plants vertically, either on walls or in tiered shelves, this technique dramatically increases the number of plants that can be grown per square meter. It's an ideal solution for very limited space.
Container Farming: Utilizing containers such as pots, polybags, or even other used items for planting. This method is very practical and allows plants to move according to their sunlight needs.
Community Garden: Utilizing a plot of vacant land by a group of residents to be managed and harvested together. In addition to producing food, community gardens also provide a means of social interaction and strengthening community bonds.
Multifaceted Benefits of Urban Farming
The presence of urban farming in the city center brings a series of interrelated benefits, including environmental, social, and economic.
1. Healthier Environment: Urban farming contributes to improving air quality in cities. Plants absorb carbon dioxide and produce oxygen. The resulting green spaces can also mitigate the urban heat island effect, where temperatures in cities are higher than in surrounding rural areas. Furthermore, by producing food locally, the carbon footprint from food transportation and distribution can be significantly reduced.
2. Food Security and Resilience: By producing food at the consumer's location, dependence on supplies from outside the region is reduced. Communities can access fresh fruits and vegetables more easily and at more affordable prices. This is crucial, especially in the face of potential food supply chain disruptions.
3. Social and Economic Empowerment: Urban agricultural activities, especially community-based ones, can strengthen social bonds between residents. They provide a space for learning, knowledge sharing, and collaboration. Economically, harvests can reduce household food expenses and even provide additional income if sold at local markets.
4. Education and Well-Being: Urban agriculture provides valuable educational opportunities, especially for children, to learn about the origins of food and the importance of environmental sustainability. Gardening has also been shown to have positive impacts on mental health, reducing stress, and increasing physical activity.
Challenges and the Future
Despite its numerous benefits, the development of urban agriculture in Indonesia still faces several challenges, such as limited land availability, a lack of technical knowledge among some communities, and the need for stronger policy support from city governments. However, with increasing awareness of environmental and food issues, and continued technological innovation, the future of urban agriculture looks bright. Collaboration between the government, the private sector, communities, and academia is key to optimizing the potential of urban agriculture as a crucial pillar in realizing greener, more self-sufficient, and more prosperous cities (Saputra et al., 2025).
Ditengah pesatnya pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan menjadikan sektor pertanian mulai ditinggalkan. Selain itu, adanya penyempitan dan konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman juga menjadi alarm bahaya bagi alam dan juga manusia. Sektor pertanian yang menjadi lumbung utama dalam ketahanan pangan menjadi tergerus akibat adanya pengalihan lahan dan konversi lahan menjadi non pertanian, hal ini juga akan berdampak buruk bagi alam dan lingkungan di masa mendatang apabila tidak ada solusi untuk mengatasi hal ini. Selain mengakibatkan masalah terhadap lingkungan, adanya masalah alih lahan juga akan berdampak pada ketahanan dan simpanan cadangan pangan manusia di masa mendatang, hal ini dapat terjadi jika sektor pertanian menjadi sektor yang minor akibat dari permasalahan tersebut (Armansyah et al., 2024).
Adanya masalah tersebut menjadikan para pegiat pertanian menjadi resah dan mencari jalan keluar untuk permasalahan seperti ini. Beberapa pegiat pertanian pun akhirnya mengusulkan digalakkannya urban farming atau pertanian di dalam kota sebagai solusi jitu dalam mengatasi permasalahan alih fungsi lahan pertanian (Islami et al., 2025). Konsep urban farming ini mengubah stigma masyarakat luas tentang pertanian yang hanya dapat dilakukan di lahan pedesaan yang luas dan dengan metode konvensional. Pertanian urban memanfaatkan ruang-ruang terbatas di kota, seperti atap gedung, balkon, dinding, hingga lahan kosong sempit, untuk diubah menjadi area produktif yang menghasilkan bahan pangan.
Pertanian urban bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan sebuah gerakan yang memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di perkotaan, yang mana metode ini mengenalkan secara umum terkait dengan pertanian menggunakan lahan seadanya dan dengan teknologi modern yang sedang trend saat ini. Pertanian urban ini juga mampu menjadikan solusi terhadap permasalahan saat ini mulai dari peningkatan ketahanan pangan lokal, perbaikan kualitas lingkungan, hingga pemberdayaan komunitas. Pertanian urban menawarkan solusi multifaset untuk tantangan perkotaan modern (Hamzens et al., 2025).
Salah satu keunggulan utama dari pertanian urban adalah fleksibilitasnya. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk memungkinkan budidaya tanaman di lingkungan dengan sumber daya yang terbatas. Beberapa teknik yang paling populer antara lain:
Hidroponik: Metode ini meniadakan penggunaan tanah. Tanaman ditanam dalam larutan air yang kaya akan nutrisi. Teknik ini sangat hemat air dan dapat diterapkan secara vertikal untuk menghemat ruang.
Akuaponik: Sebuah sistem simbiosis yang menggabungkan akuakultur (budidaya ikan) dengan hidroponik. Air dari kolam ikan yang kaya akan nutrisi dialirkan ke tanaman, dan tanaman berfungsi sebagai filter alami yang membersihkan air untuk ikan.
Vertikultur (Pertanian Vertikal): Dengan menyusun tanaman secara vertikal, baik di dinding maupun dalam rak-rak bertingkat, teknik ini secara dramatis meningkatkan jumlah tanaman yang dapat ditanam per meter persegi. Ini adalah solusi ideal untuk area yang sangat terbatas.
Pertanian Kontainer: Memanfaatkan wadah seperti pot, polybag, atau bahkan barang bekas lainnya untuk menanam. Metode ini sangat praktis dan memungkinkan mobilitas tanaman sesuai dengan kebutuhan cahaya matahari.
Kebun Komunitas (Community Garden): Pemanfaatan sebidang tanah kosong oleh sekelompok warga untuk dikelola dan dipanen bersama. Selain menghasilkan pangan, kebun komunitas juga menjadi sarana interaksi sosial dan penguatan ikatan warga.
Manfaat Multifaset Pertanian Urban
Kehadiran pertanian urban di tengah kota membawa serangkaian manfaat yang saling terkait, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.
1. Lingkungan yang Lebih Sehat: Pertanian urban berkontribusi pada peningkatan kualitas udara di perkotaan. Tanaman menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Ruang-ruang hijau yang tercipta juga dapat mengurangi efek pulau bahang perkotaan (urban heat island effect), di mana suhu di kota lebih tinggi dibandingkan area perdesaan sekitarnya. Selain itu, dengan memproduksi pangan secara lokal, jejak karbon dari transportasi dan distribusi pangan dapat dipangkas secara signifikan.
2. Ketahanan dan Keamanan Pangan: Dengan memproduksi pangan di lokasi konsumen, ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah berkurang. Masyarakat dapat mengakses sayuran dan buah-buahan segar dengan lebih mudah dan harga yang lebih terjangkau. Hal ini menjadi sangat krusial, terutama dalam menghadapi potensi gangguan rantai pasok pangan.
3. Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi: Kegiatan pertanian urban, terutama yang berbasis komunitas, dapat memperkuat ikatan sosial antarwarga. Ini menjadi ruang untuk belajar, berbagi pengetahuan, dan bekerja sama. Dari sisi ekonomi, hasil panen dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk pangan dan bahkan menjadi sumber pendapatan tambahan jika dijual ke pasar lokal.
4. Edukasi dan Kesejahteraan: Pertanian urban memberikan kesempatan edukasi yang berharga, terutama bagi anak-anak, untuk belajar tentang asal-usul makanan dan pentingnya kelestarian alam. Aktivitas berkebun juga terbukti memiliki dampak positif bagi kesehatan mental, mengurangi stres, dan meningkatkan aktivitas fisik.
Tantangan dan Masa Depan
Meskipun memiliki banyak manfaat, pengembangan pertanian urban di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan lahan yang sesungguhnya, kurangnya pengetahuan teknis di sebagian masyarakat, serta kebutuhan akan dukungan kebijakan yang lebih kuat dari pemerintah kota. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan dan pangan, serta inovasi teknologi yang terus berkembang, masa depan pertanian urban tampak cerah. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, komunitas, dan akademisi menjadi kunci untuk mengoptimalkan potensi pertanian urban sebagai pilar penting dalam mewujudkan kota yang lebih hijau, mandiri, dan sejahtera (Saputra et al., 2025).
Reference
Abdurrohman, A., Arkasala, F. F., & Nurhidayah, N. (2021). Penerapan Konsep Urban Farming-Based Resilient City Dalam Pengembangan Kota Yang Berketahananan Pangan Di Kota Surakarta. Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, Dan Permukiman, 3(2), 162-170.
Armansyah, A., Giyarsih, S. R., Fathurohman, A., Soetrisno, A. L., Zaelany, A. A., Setiawan, B., ... & Lamijo, L. (2024) Urban Farming as an Alternative in Realizing Sustainable City Development in Indonesia. Jurnal Kawistara, 14(1), 38-57.
Hamzens, W. P. S., & Moestopo, M. W. (2018). Pengembangan potensi pertanian perkotaan di kawasan Sungai Palu. Jurnal Pengembangan Kota, 6(1), 75-83.
Islami, S. A., Budiarti, T., & Makalew, A. D. N. (2025). Kajian Implementasi dan Manfaat Pertanian Perkotaan pada Kelompok Tani di Kota Bogor. Jurnal Penyuluhan, 21(01), 74-90.
Saputra, A., Abdoellah, O. S., & Utama, G. L. (2025). Exploring the Role of Urban Agriculture in Indonesia’s Socio-Economic and Environmental Landscape: A Systematic Literature Review. Jurnal Ilmu Lingkungan, 23(1), 175-188.
PT. Precision Agriculutre Indonesia adalah ekosistem digital pertanian Indonesia yang mengintegrasikan agrotech, pertanian presisi, pertanian cerdas, dan pertanian pintar melalui pemanfaatan teknologi seperti sensor pertanian, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, sistem irigasi otomatis, pemupukan cerdas, dan pemantauan tanaman berbasis data real-time, serta menghadirkan layanan edukasi petani modern, digitalisasi agribisnis, pasar produk pertanian online, penguatan rantai pasok, inovasi teknologi tepat guna, dan solusi pertanian ramah lingkungan yang mendukung pertanian modern, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi di era Revolusi Industri 4.0. Pertanian Presisi Indonesia