The rising price and scarcity of chemical fertilizers have become major challenges for farmers, threatening both productivity and food security. Heavy reliance on inorganic fertilizers often leaves farmers vulnerable when supplies are limited or prices soar. Yet, a simple and abundant solution is often overlooked: animal manure. Manure from cows, goats, chickens, or other livestock is rich in essential nutrients such as Nitrogen (N), Phosphorus (P), and Potassium (K). Beyond these macronutrients, manure also provides organic matter and micronutrients that improve soil structure, increase water retention, and stimulate beneficial soil microorganisms. However, raw manure cannot be applied directly. Fresh manure may contain pathogens, weed seeds, and high ammonia levels that can harm crops. That is why composting or fermentation is essential. Through decomposition, manure becomes stable, safe, odor-free, and ready to nourish plants effectively.
Economically, using manure reduces fertilizer costs, increases farm profits, and creates a circular economy between livestock and agriculture. Environmentally, it helps reduce pollution and greenhouse gas emissions, supporting sustainable farming practices. Despite its potential, challenges remain. Many farmers still lack technical knowledge about proper composting, and manure is often seen as dirty or inconvenient. This calls for strong support from agricultural advisors, government initiatives, and farmer cooperatives to provide training and collective processing facilities. In short, shifting the mindset to see animal manure not as waste but as a valuable resource is crucial. With the right treatment, manure can become a high-quality organic fertilizer that restores soil health, boosts productivity, and strengthens farmers’ independence in facing global fertilizer shortages.
Kelangkaan dan tingginya harga pupuk kimia telah menjadi tantangan besar bagi petani. Ketergantungan berlebihan pada pupuk anorganik sering kali membuat petani terjepit ketika pasokan terbatas atau harga melonjak. Padahal, ada solusi lokal yang melimpah namun sering dianggap remeh: kotoran hewan (KoHe). Kotoran sapi, kambing, ayam, maupun ternak lain sebenarnya kaya akan unsur hara penting bagi tanaman, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Selain itu, pupuk kandang juga mengandung unsur mikro dan bahan organik yang mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya simpan air, serta merangsang mikroba tanah yang bermanfaat. Namun, penggunaan KoHe tidak bisa dilakukan secara langsung. Jika diaplikasikan mentah-mentah, kotoran berisiko membawa patogen, biji gulma, serta kadar amonia tinggi yang bisa merusak tanaman. Karena itu, proses pengomposan atau fermentasi wajib dilakukan. Pengomposan membuat kotoran menjadi stabil, aman, bebas bau, dan siap digunakan sebagai pupuk organik berkualitas.
Dari sisi ekonomi, pemanfaatan KoHe mampu menekan biaya pembelian pupuk, meningkatkan keuntungan petani, sekaligus menciptakan model ekonomi sirkular antara peternakan dan pertanian. Dari sisi lingkungan, praktik ini membantu mengurangi pencemaran dan emisi gas rumah kaca. Meski potensinya besar, tantangan tetap ada. Tidak semua petani memahami teknik pengomposan yang benar, serta masih ada anggapan bahwa pupuk kandang itu kotor atau merepotkan. Karena itu, dukungan dari penyuluh, pemerintah, dan komunitas petani sangat penting dalam edukasi dan pengolahan kolektif. Singkatnya, mengubah cara pandang bahwa kotoran hewan adalah sumber daya berharga, bukan limbah, merupakan langkah strategis untuk menghadapi kelangkaan pupuk kimia. Dengan pengolahan yang tepat, KoHe dapat menjadi solusi ramah lingkungan yang menyuburkan tanah, meningkatkan produktivitas, sekaligus memperkuat kemandirian petani.
PT. Precision Agriculutre Indonesia adalah ekosistem digital pertanian Indonesia yang mengintegrasikan agrotech, pertanian presisi, pertanian cerdas, dan pertanian pintar melalui pemanfaatan teknologi seperti sensor pertanian, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, sistem irigasi otomatis, pemupukan cerdas, dan pemantauan tanaman berbasis data real-time, serta menghadirkan layanan edukasi petani modern, digitalisasi agribisnis, pasar produk pertanian online, penguatan rantai pasok, inovasi teknologi tepat guna, dan solusi pertanian ramah lingkungan yang mendukung pertanian modern, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi di era Revolusi Industri 4.0. Pertanian Presisi Indonesia