Black Soldier Fly (BSF) maggot farming is gaining popularity as an eco-friendly and innovative method to manage organic waste while generating profitable by-products. With their rapid life cycle and ability to process various types of organic waste, BSF maggots provide a dual benefit: reducing household and agricultural waste while producing high-protein feed and organic fertilizer.
Source: https://citarumharum.jabarprov.go.id/eusina/uploads/2025/02/maggot.jpg
Benefits of BSF Maggot Farming
One of the key advantages of BSF maggot farming is its ability to significantly reduce the volume of organic waste. According to Mabruroh et al. (2022), one kilogram of maggots can consume up to two kilograms of organic waste per day. This bioconversion process turns food scraps, fruit peels, and livestock manure into protein-rich biomass. Nutritionally, BSF maggots contain 40–50% protein, making them an excellent alternative feed for fish, poultry, and other livestock (Salman et al., 2020). Additionally, maggot residue or "kasgot" serves as a solid organic fertilizer, rich in nutrients and beneficial for soil fertility. Economically, the growing demand for maggots in fresh, dried, or powdered form presents a promising business opportunity with a relatively low startup cost.
BSF farming can be initiated at home with a small setup. It starts by building a fly cage made of wooden or bamboo frames covered with fine mesh netting (Simanjuntak et al., 2022). Inside the cage, oviposition materials such as cardboard or wood pieces are placed above a bait container filled with bran or fermented organic waste to attract egg-laying BSF females. BSF eggs hatch within 3–4 days, and the young larvae (maggots) are transferred into a rearing container (biopon) filled with organic waste. Daily feeding continues until the larvae are ready for harvest in about 15–20 days. Some maggots are harvested as animal feed, while others are allowed to mature into prepupae and pupae to maintain the breeding cycle and ensure long-term production.
BSF maggot farming offers a smart, low-cost, and sustainable approach to managing organic waste while generating additional income. It is accessible for small-scale farmers, entrepreneurs, and households alike—transforming waste into wealth and contributing to environmental and food system resilience.
TBudidaya Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam semakin dikenal sebagai solusi cerdas dalam mengatasi permasalahan sampah organik sekaligus membuka peluang bisnis berkelanjutan. Dengan kemampuan biokonversi yang luar biasa, maggot BSF tidak hanya mampu mengurai limbah rumah tangga dan pertanian, tetapi juga menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi seperti pakan ternak dan pupuk organik.
Manfaat Budidaya Maggot BSF
Salah satu keunggulan utama budidaya maggot BSF adalah kemampuannya dalam mengurangi volume sampah organik secara signifikan. Menurut Mabruroh et al. (2022), satu kilogram maggot mampu mengkonsumsi hingga dua kilogram sampah organik per hari. Proses ini mengubah sisa makanan, limbah sayuran, hingga kotoran ternak menjadi biomassa larva berprotein tinggi. Dari sisi nutrisi, maggot mengandung protein sebesar 40–50%, menjadikannya sebagai sumber pakan alternatif yang sangat baik untuk ikan, ayam, bebek, dan hewan ternak lainnya (Salman et al., 2020). Selain itu, hasil sampingan berupa kasgot (residu organik dari budidaya maggot) juga berfungsi sebagai pupuk organik padat yang kaya hara dan mendukung kesuburan tanah. Secara ekonomi, meningkatnya permintaan terhadap maggot, baik dalam bentuk segar, kering, maupun tepung, menjadikannya sebagai peluang usaha menjanjikan dengan modal awal yang relatif rendah.
Budidaya maggot BSF dapat dilakukan dengan skala kecil di rumah. Proses awal dimulai dari pembuatan kandang lalat, yang umumnya berupa rangka kayu atau bambu yang ditutup jaring halus (Simanjuntak et al., 2022). Dalam kandang tersebut disediakan media bertelur seperti potongan kayu atau karton, diletakkan di atas wadah berisi dedak atau sampah organik yang telah difermentasi. Telur lalat BSF akan menetas dalam waktu 3–4 hari, menghasilkan larva kecil (maggot) yang kemudian dipindahkan ke dalam biopon atau wadah pembesaran berisi sampah organik sebagai media pakan. Pemberian pakan dilakukan setiap hari hingga maggot mencapai usia panen, yaitu sekitar 15–20 hari. Sebagian maggot dapat dipanen sebagai pakan ternak, sementara sebagian lainnya dibiarkan menjadi prepupa dan pupa untuk melanjutkan siklus hidup menjadi lalat dewasa, menjaga keberlanjutan budidaya.
Budidaya maggot BSF merupakan inovasi ramah lingkungan yang memadukan solusi pengelolaan sampah dengan peluang ekonomi nyata. Dengan penerapan yang mudah dan investasi terjangkau, siapa pun dapat memulai usaha ini dari rumah sekaligus berkontribusi terhadap pengurangan limbah organik dan peningkatan ketahanan pangan lokal.
Reference
Mabruroh, M., Praswati, A. N., Sina, H. K., & Pangaribowo, D. M. (2022). Pengolahan Sampah Organik Melalui Budidaya Maggot BSF. Jurnal EMPATI (Edukasi Masyarakat, Pengabdian Dan Bakti), 3(1), 34–37.
Salman, S. S., Ukhrowi, L. M., & Azim, M. T. (2020). Budidaya maggot lalat BSF sebagai pakan ternak. Jurnal Karya Pengabdian, 2(1), 1–6.
Simanjuntak, R., et al. (2022). Budidaya Maggot BSF Untuk Pakan Ternak Skala Rumah Tangga Di Kelurahan Bane Pematang Siantar. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei, 2(2), 148–158.
PT. Precision Agriculutre Indonesia adalah ekosistem digital pertanian Indonesia yang mengintegrasikan agrotech, pertanian presisi, pertanian cerdas, dan pertanian pintar melalui pemanfaatan teknologi seperti sensor pertanian, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, sistem irigasi otomatis, pemupukan cerdas, dan pemantauan tanaman berbasis data real-time, serta menghadirkan layanan edukasi petani modern, digitalisasi agribisnis, pasar produk pertanian online, penguatan rantai pasok, inovasi teknologi tepat guna, dan solusi pertanian ramah lingkungan yang mendukung pertanian modern, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi di era Revolusi Industri 4.0.